zzzzzzz

Kenangan adalah sesuatu yang abstrak.Secara alami kenangan tidak mungkin bisa di lupakan,ia sudah terekam abadi dalam otak!

Manusia yang berbudaya tidak mau Menyakiti manusia lain... :)

Membatin.. :'(

Sebanyak kata yg ku ucapkan,,sebanyak itu jua aku berusaha mengambil hati mu.

Sebanyak aku melangkah kan kaki,,sebanyak itu jua ku gantungkan harapan pada diri mu.

Sebanyak aku menghela napas,,sebanyak itu jua aku berdoa,,agar kelak kamu mengerti dan membalas semua yg ku rasa untuk mu.
:'(

Terlalu banyak,,orang-orang di luar sana yang menginginkan menjalani kehidupan ini dengan bebas,, tanpa tekanan dan bebas mengekspresikan apa yang mereka rasa,lihat,dan dengar sesuka hati mereka.Tetapi nyata nya semua itu tidak mungkin terjadi karna tidak ada manusia yang bebas dari aturan,,secara sadar atau tidak sadar manusia terikat dengan aturan-aturan Tuhan maupun aturan yang di buat manusia.Keinginan untuk bisa hidup bebas hanyalah sebuah obsesi belaka! :)

Mamanda, Seni Pementasan Pulau Kalimantan

Jika di pulau Jawa ada kesenian Ludruk, Lenong dan Ketoprak, di bumi Kalimantan ada pula kesenian serupa yang selama ratusan tahun turut memperkaya khazanah kebudayaan Indonesia. Seni pementasan ini terkenal dengan sebutan Mamanda.Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini  membuat penonton menjadi aktif  menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.

Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).
Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam setiap Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-tokoh Mamanda sering pula ditambah dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari Negeri Seberang, Perompak, Jin, Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna memperkaya cerita.
Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena didalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata “mama” (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.
Seni drama tradisional Mamanda ini sangat populer di kalangan masyarakat kalimantan pada umumnya. Bahkan, beberapa waktu silam seni lakon Mamanda rutin menghiasi layar kaca sebelum hadirnya saluran televisi swasta yang turut menyaingi acara televisi lokal. Tak heran kesenian ini sudah mulai jarang dipentaskan.
Dialog Mamanda lebih kepada improvisasi pemainnya. Sehingga spontanitas yang terjadi lebih segar tanpa ada naskah yang mengikat. Namun, alur cerita Mamanda masih tetap dikedepankan. Disini Mamanda dapat dimainkan dengan naskah yang utuh atau inti ceritanya saja.
Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.
Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama “ Mamanda “.
Mamanda mempunyai dua aliran. Pertama : Aliran Batang Banyu. Yang hidup di pesisir sungai daerah Hulu Sungai yaitu di Margasari, disebut juga Mamanda Periuk. Kedua : Aliran Tubau bermula tahun 1937 M. Aliran ini hidup di daerah Tubau Rantau. Sering dipentaskan di daerah daratan. Aliran ini disebut juga Mamanda Batubau. Berkembang di Tanah Banjar.
Pertunjukkan Mamanda memilikii nilai budaya yang sangat tinggi, disamping sebagai media hiburan. Selain itu, Mamanda juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat. Cerita yang disajikan dapat berupa kisah-kisah terdahulu, keteladanan, kritik sosial, nilai-nilai budaya dan sebagainya.(Ufik/Dari Berbagai Sumber)

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

my aquarium